Saat ini penggunaan Tehyan sangat langka, mungkin hanya sesekali kita dengar disetiap acara kebudayaan Betawi seperti pertunjukkan Gambang Kromong, Ondel-Ondel ataupun Lenong Betawi. Jarang pula orang yang dapat memainkan alat musik gesek yang memilik 2 senar ini. Kebanyakan pemain tehyan adalah orang tua (sudah lanjut usia), walaupun ada pemain tehyan yang usianya muda itu sudah jarang sekali. Mungkin hal ini dikarenakan perkembangan alat musik modern yang sangat berkembang dengan pesat.
Tehyan adalah tradisional musik dari Jakarta atau betawi. Alat musik ini berasal dari China yang dibawa keturunan Thiong Hua yang dahulu menetap atau singgah di Indonesia. Tak heran di zaman modern saat ini banyak orang bertanya apa sih itu Tehyan….?? dan yang lebih mengkhawatirkan lagi kini kebanyakan sebagian besar penduduk asli Jakarta (Betawi) tidak mengenal alat musik yang satu ini. Padahal tehyan adalah salah satu alat musik langka yang harus dijaga kelestariaan.
Tehyan memiliki 3 jenis, yaitu Sukong, Tehyan dan Kong ahyan. Perbedaan paling mendasar terletak pada bentuk ukurannya. Sukong bila dilihat dari bentuknya memiliki ukuran paling besar dengan nada dasar “G” dengan suara yang memilik desibel tinggi (disebut juga Bass) dan Kongahyan memiliki ukuran yang paling kecil dengan nada dasar “D” (disebut juga Melody). Sementara Tehyan biasa disebut Rythem dengan ukuran menengah antara Sukong dan Tehyan yang memiliki nada dasar “A”.
Dengan adanya artikel ini kami harap ada sebagian orang (khusnya anak muda) yang mau mempelajari dan tetap melestarikan alat musik tradisional khas betawi yang merupakan perpaduan antara unsur pribumi dan unsur luar (China). Apabila anda berminat mempelajarinya (Tehyan) kami dapat membantu anda dalam memberikan pelatihan atau kursus untuk memainkannya.
No comments:
Write comments