Pada 8 Desember 1942 (masa pendudukan Jepang), nama Batavia berganti
menjadi Jakarta. Sebelumnya, memang tanggal 22 Juni pernah diperingati.
Tapi, merupakan ulang tahun lahirnya Piagam Jakarta dengan tanggal yang
sama. Ketika kota ini bernama Batavia, warga Belanda memperingatinya
tiap tanggal 29 Mei, pada tanggal tersebut di tahun 1619 VOC menaklukkan
Jayakarta dan kemudian mengusir penduduknya. Sebagian hijrah ke
Jatinegara Kaum (Jakarta Timur) dan sebagian lagi ke Banten.
Menyadari bahwa Jakarta tidak
punya hari ulang tahun, wali kota Sudiro (1953-1958) dan kemudian
gubernur pada 25 Februari 1958 sampai 6 Februari 1960, merasa terpanggil
untuk menetapkan HUT Jakarta. Untuk itu, kakek aktor film Tora Sudiro
tahun 1955 menghubungi beberapa ahli sejarah. Seperti Mr Mohammad
Yamin, wartawan senior Sudarjo Tjokrosisworo, dan Mr Dr Sukanto. "Saya
mohon kepada mereka kapankah Kota Jakarta ini didirikan. Tetapi, bukan
Batavianya JP Coen, melainkan Kota Jakarta yang didirikan Fatahukkahm,"
tulis Sudiro dalam memoarnya.
Dari ketiga tokoh tersebut,
ternyata hanya Mr Dr Soekanto, kepala Arsip Nasional dan guru besar
sejarah pada Fakultas Kedokteran UI yang rupanya berhasil. Kemudian,
dia menyerahkan sebuah naskah berjudul "Dari Jakarta ke Jayakarta",
sebagai hasil penyelidikan selama berbulan-bulan. Kesimpulannya adalah:
22 Juni 1527 hari paling dekat pada kenyataan dibangunnya Kota Jayakarta
oleh Falatehan. Naskah tersebut kemudian dibahas di Sidang Istimewa
DPRD Kota Jakarta. Setelah diterima baik, mulai 22 Juni 1956 DPRD DKI
Jakarta sidang istimwa yang berlangsung hingga saat ini. Masih ada
tokoh sejarah lainnya, yakni almarhum Prof Husein Djajaningrat
mengaitkan saat Fatahillah mengusir Portugis dengan hari besar Islam,
yakni hari Maulud Nabi 12 Rabiul Awal yang jatuh pada 1 Juni 1527.
Tapi, ketika itu kemeriahannya
belum sampai seperti sekarang ini. Baru ketika masa gubernur Ali Sadikin
HUT Jakarta diperingati secara luas oleh warga kota. Dengan
diselenggarakannya Jakarta Fair (Pekan Raya Jakarta - PRJ) menyambut HUT
Jakarta. Bang Ali dengan pakaian Betawi ikut berpesta bersama ratusan
ribu warga Ibu Kota pada 'malam muda-mudi' di Monas dan Jalan Thamrin .
PRJ yang semula di Monas idenya dari Pasar Gambir di tempat yang sama
untuk memperingati kelahiran Ratu Wilhelmina dan diadakan tiap bulan
Agustus di masa penjajahan Belanda.
Kembali kepada penetapan HUT
Jakarta, kini banyak pihak yang mempersoalkan akurasi tanggal tersebut.
Menurut sejarawan Adolf Heyken SJ, hari jadi Jakarta hanyalah sebuah
dongeng. Karena tak ada dokumen yang menyebutkan nama Jayakarta.
Fatahillah orang Arab. Tak mungkin memberi nama sesuatu dengan bahasa
Sansekerta. Dalam pengertian Jayakarta berarti 'kemenangan yang nyata'
saat Fatahillah mengalahkan Portugis. "Jadi, ini semua dongen supaya
Jakarta memiliki ulang tahun", tegasnya.
No comments:
Write comments